Nilai-Nilai Konseling Multikultural Dalam Film Ngeri-Ngeri Sedap Karya Bene Dion Rajagukguk

Amalah, Ni’matul. (2025) Nilai-Nilai Konseling Multikultural Dalam Film Ngeri-Ngeri Sedap Karya Bene Dion Rajagukguk. Undergraduate Thesis thesis, UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.

[img] Text
3520064_Cover_Bab I dan Bab V.pdf

Download (1MB)
[img] Text
3520064_Full Text.pdf
Restricted to Registered users only

Download (2MB)
[img] Text
3520064_Lampiran.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (559kB)
Official URL: https://perpustakaan.uingusdur.ac.id/

Abstract

Film sebagai medium komunikasi dan refleksi budaya memiliki potensi besar dalam menyampaikan nilai-nilai kemanusiaan, termasuk dalam ranah konseling multikultural. Salah satu film yang menggambarkan kompleksitas tersebut adalah Ngeri-ngeri sedap karya Bene Dion Rajagukguk. Film ini menampilkan dinamika keluarga Batak yang sarat akan konflik antar generasi, perbedaan nilai, dan tekanan budaya yang kuat. Melalui pendekatan yang jujur dan emosional, film ini menyentuh tema-tema penting seperti otoritas orangtua, kebebasan anak, serta kesenjangan komunikasi yang terjadi dalam keluarga yang berakar kuat pada budaya. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana nilai-nilai konseling multikultural tercermin dalam film Ngeri-ngeri Sedap karya Bene Dion Rajagukguk? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research) dengan pendekatan deskriptif kualitatif, dan dianalisis menggunakan teori hermeneutika Hans-Georg Gadamer. Teori hermeneutika digunakan untuk menafsirkan makna di balik dialog, tindakan, dan nilai-nilai budaya yang ditampilkan dalam film, dengan memperhatikan efek sejarah, tradisi, serta proses fusi horizon antara penonton dan realitas yang ditampilkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film ini memuat sejumlah nilai penting dalam konseling multikultural, antara lain: (1) Toleransi dimana masing-masing tokoh membawa perspektif yang dipengaruhi oleh latar sosial-budaya, pengalaman bahkan pandangan yang berbeda. (2) Solidaritas, Rasa Kebersamaan, Kesatuan Kepentingan, dan Empati yang muncul ketika orangtua mulai memahami pilihan hidup anak-anak mereka, meski bertentangan dengan harapan budaya. Maupun pada momen ketika para keluarga saling bekerjasama demi menggapai tujuan yang sama. (3) Menghargai perbedaan dan meningkatkan komunikasi yang setara sebagai jembatan komunikasi yang mengarah pada rekonsiliasi emosional. Hal ini dilakukan secara bersama-sama baik pihak orang tua maupun anak-anak. (4) Membina kerukunan, meski konflik kerap kali terjadi dalam hidup bersosialiasi. Sebuah kessadaran dalam diri masing-masing individu untuk selalu menjaga kerukunan terjadi dan menajdi kesadaran alami. Hal ini juga terjadi karena kegiatan berulang dalam tradisi antar suku, yang sudah menjadi sejarah dan nilainya diwariskan dalam kehidupan sehari-hari. (5) Menghargai kearifan lokal, yang mana nikai ini ditunjukkan melalui proses perlahan para tokoh dalam membuka diri terhadap pilihan hidup orang lain, meskipun bertentangan dengan nilai budaya yang dianut. Orangtua yang semula bersikap otoriter mulai menyadari pentingnya mendengarkan dan memahami perspektif anak-anaknya. Sebaliknya, anak-anak juga belajar memahami luka batin orangtua yang dibentuk oleh latar budaya dan pengalaman masa lalu. Proses dialog, pengakuan terhadap prasangka, dan kesediaan untuk berdamai dengan perbedaan menjadi kunci transformasi relasi dalam film ini. (6) Pluralisme, terbentuk atas nilai-nilai menghargai perbedaan serta pengakuan akan luka transgenerasional, yang memperlihatkan bahwa konflik tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan merupakan akumulasi dari pola komunikasi dan ekspektasi budaya yang tidak terungkapkan. Namun dengan semua konflik itu dapat teratassi dengan adanya sikap menerima, menerima bahwasanya perbedaan adalah hal yang hakiki dan tidak dapat dijadikan alasan untuk perpecahan. Sebailikanya perbedaan bisa menjadi kekuatan jika diterima dengan baik. Dengan menggunakan kerangka hermeneutika Gadamer, penulis menemukan bahwa proses pemahaman dalam film ini berjalan secara dialogis, di mana baik orangtua maupun anak menjalani transformasi melalui pertemuan makna dan pembacaan ulang terhadap tradisi dan kasih sayang. Film ini bukan hanya representasi budaya Batak, melainkan juga cermin dinamika multikultural yang dihadapi banyak keluarga di Indonesia. Dengan demikian, Ngeri-Ngeri Sedap dapat menjadi sumber pembelajaran dalam praktik konseling multikultural, terutama dalam konteks memahami dan menjembatani perbedaan nilai budaya dalam relasi keluarga.

Item Type: Thesis (Undergraduate Thesis)
Supervisor:
ContributionSupervisorNIDN/NIDKEmail
Thesis advisorMaskhur, Maskhur197306112003121001UNSPECIFIED
Uncontrolled Keywords: Nilai-nilai, Konseling Multikultural, Film Ngeri-ngeri Sedap.
Subjects: 100 PHILOSOPHY AND PSYCHOLOGY (FILSAFAT DAN PSIKOLOGI) > 150 Psychology (Psikologi/Ilmu Jiwa) > 158.3 Counseling and Interviewing/Psikologi Konseling, Penyuluhan, Pemberian Nasehat dan Wawancara
200 RELIGION (AGAMA) > 2X0 ISLAM UMUM > 2X7.15 Psikologi Islam
Divisions: Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah > Prodi Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Depositing User: UIN Gus Dur FUAD
Date Deposited: 16 Jul 2025 06:15
Last Modified: 16 Jul 2025 06:15
URI: http://etheses.uingusdur.ac.id/id/eprint/14339

Actions (login required)

View Item View Item