Living qur’an dalam zikir ratib Al-Attas di Majelis Ratibul Hidayah Kel. Tanahbaya, Kec. Randudongkal, Kab. Pemalang

Rismawati, Dinda (2023) Living qur’an dalam zikir ratib Al-Attas di Majelis Ratibul Hidayah Kel. Tanahbaya, Kec. Randudongkal, Kab. Pemalang. Undergraduate Thesis thesis, UIN K.H. ABDURAHMAN WAHID.

[img] Text
3118006_Bab1&5.pdf

Download (1MB)
[img] Text
3118006_Fulltext.pdf
Restricted to Registered users only

Download (2MB)
[img] Text
3118006_Lampiran.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (841kB)
Official URL: Https://perpustakaan.uingusdur.ac.id

Abstract

Seiring dengan perkembangan zaman, kajian Al-Qur'an sendiri juga menemui berbagai perkembangan ranah, mulai dari kajian tekstual hingga kajian sosiokultural budaya, yang kemudian dikenal dengan istilah Living Qur'an. Fenomena Al-Qur'an dalam kehidupan tiap hari dengan kata lain Qur’an in everyday life, ialah fungsi serta makna Al-Qur'an yang kerap dimengerti serta dirasakan oleh warga Muslim. Salah satu fenomena Living Qur’an yang terjadi di dalam masyarakat Islam adalah fenomena pembacaan zikir Ratib Al-Attas yang dikembangkan di Majelis Ratibul Hidayah Kel. Tanahbaya, Kec. Randudongkal, Kab. Pemalang. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui dan menganalisa praktik, pemaknaan pengasuh dan jama’ah terhadap praktik pembacaan dan pemahaman ayat-ayat Al-Qur’an yang dibaca dalam zikir Ratib Al-Attas di Majelis Ratibul Hidayah Kel. Tanahbaya, Kec. Randudongkal, Kab. Pemalang. Teori yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah teori Living Qur'an dan Resespsi Al-Qur’an, Kontruksi sosial Peter L Berger. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian field research dan menggunakan pendekatan fenomenologi. Sedangkan penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknis analisis data dilakukan dengan tiga cara yaitu reduksi data, penyajian data dan verifikasi data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa praktik tersebut dilandaskan oleh ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadis yang berkaitan dengan anjuran untuk ibadah, berzikir, shalawat dan do’a kepada Allah SWT yaitu dijelaskan dalam QS. Al- Baqarah ayat 152, QS. An-Nisa ayat 103, QS. Al-Anfal ayat 45, QS. Al- Muzzammil ayat 8, QS. Al-Ahzab ayat 41-42, dan QS. Ar-Ra’ad ayat 28. Praktik tersebut berlangsung setiap malam hari pada pukul 22.00 WIB, kecuali pada bulan ramadan dikarenakan pada bulan tersebut lebih dianjurkan untuk dibaca pada waktu pagi dan sore hari. Pada malam tertentu sebelum dilaksanakan Ratib Al- Attas ada kegiatan kajian kitab terlebih dahulu. Pembacaan praktik tersebut dipimpin oleh Ustad M Nur Ikhsan selaku pengasuh Majelis Ratibul Hidayah. Beliau mendapatkan ijazah dari gurunya yaitu Habib Zen bin Ahmad Al-Bahar yang merupakan pengasuh Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah Pasuruan Jawa Timur. Susunan praktik pembacaan zikir Ratib Al-Attas di Majelis Ratibul Hidayah Tanahbaya dimulai dengan membaca QS. Al-Fatihah sebagai tawasul untuk mengharapkan ridha Allah SWT dan Rasulnya yang ditunjukan kepada guru-guru kita,ulama-ulama terdahulu, shohibur Ratib al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas dilanjutkan dengan membaca zikir dan potongan ayat-ayat Al-Qur’an yang terdapat di dalam kitab Ratib Al-Attas. Pada saat menjumpai bacaan tahlil 100 kali yang mana pada saat pembacaan tersebut dibarengi dengan gerakan menepuk-nepuk paha yang bertujuan untuk intropeksi diri kita. Hal tersebut berlandaskan pada QS. Al-Imran 191. Proses terakhir dalam praktik ini adalah makan bersama untuk pengikat, pemersatu hubungan kekeluargaan antar para jama’ah. dilanjutkan dengan membaca do’a penutup, shalawat, kemudian setelah prosesi pembacaan shalawat selesai akan ada acara makan bersama. Potongan ayat-ayat Al-Qur’an yang terdapat di dalam kitab Ratib Al-Attas diantaranya, Qs. Al-Fatihah, QS. Al-Hasyr Ayat 21-24, QS. Al-Imran Ayat 173 dan QS. Al-Baqarah Ayat 286. QS. Al-Fatihah dipahami oleh pengasuh dan jama’ah sebagai bentuk tawasul kepada Allah SWT. Kemudian QS. Al-Hasyr ayat 21-24 tidak hanya dipahami sebagai ayat ruqyah saja akan tetapi dipahami juga sebagai doa memohon perlindungan dan pertolongan dari gangguan setan di dunia. QS. Al-Imran ayat 173 tidak hanya dipahami sebagai cukup Allah sebagai penolong dan pelindung, QS. Al-Imran ayat 173 juga dipahami sebagai bentuk sabar. Ayat 286 dalam QS. Al-Baqarah ini dipahami sebagai Allah SWT memberikan beban kepada seorang muslim sesuai dengan kadar kemampuan hambanya dan sebagai pengingat. Makna yang dapat diambil dari praktik pembacaan zikir Ratib Al-Attas di Majelis Ratibul Hidayah diantaranya, makna menurut pengasuh majelis Ratibul Hidayah yaitu sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT serta bermunajat kepada Allah SWT. Sedangkan makna menurut jama’ah Majelis Ratibul Hidayah yaitu sebagai Makna Ibadah, meminta hajat, meminta pertolongan, makna bentuk ketenangan jiwa dan membentuk kepribadian diri.

Item Type: Thesis (Undergraduate Thesis)
Supervisor:
ContributionSupervisorNIDN/NIDKEmail
Thesis advisorBakhri, SyamsulUNSPECIFIEDUNSPECIFIED
Uncontrolled Keywords: Living Qur’an, Zikir Ratib Al-Attas, Majelis
Subjects: 200 RELIGION (AGAMA) > 2X0 ISLAM UMUM > 2X1 Al-Qur'an (Al Qur'an, Alquran, Quran) dan Ilmu yang Berkaitan
Divisions: Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah > Prodi Ilmu Al Qur'an dan Tafsir
Depositing User: Akhiroh Ghufron
Date Deposited: 16 Oct 2024 04:39
Last Modified: 16 Oct 2024 04:39
URI: http://etheses.uingusdur.ac.id/id/eprint/10775

Actions (login required)

View Item View Item