UNSPECIFIED
(2017)
Analisis tasrif istilahi kitab durusu at-tasrif al-tarmasie juz i karya K.H Harist Alaikum Dimyathi at tarmasie dalam pembelajaran shorof di pondok pesantren Tremas, Pacitan, Jawa Timur.
Undergraduate Thesis thesis, IAIN Pekalongan.
Full text not available from this repository.
Abstract
Pada umumnya di pondok pesantren, khususnya di pondok pesantren At-Tarmasie masih sangat metekankan pembelajaran shorof (selain nahwu), karena sebagai dasar untuk bisa menguasai kitab kuning (yang berbahasa Arab) yang masih banyak dikaji di pondok pesantren. Oleh karena itu, maka pembelajaran bahasa Arab disini menggunakan metode klasikal, yang lebih menekankan pada pembelajaran tata bahasa dengan menggunakan metode Qowaid. Metode tata bahasa Qowaid yaitu cara menyajikan bahan pelajaran dengan jalan menghafal aturan-aturan atau kaidah-kaidah tata bahasa Arab yang mencakup Nahwu Shorof. Tasrif istilahi Shorof Al-Tarmasie(Tremas) yang digunakan oleh KH Harist Alaikum Dimyathi ini merupakan temuan baru. Mengapa Tasrif istilahi Shorof Al-Tarmasie disebut temuan baru, karena Tasrif ini berbeda dengan Tasrif model lain yang sudah ada sebelumnya. Tasrif istilahi Shorof Al-Tarmasie ini lebih ringkas dan sistematis yaitu memisah antara fi’il dan isim. Tasrif istilahi Shorof Al-Tarmasie yang diajarkan KH Harist Alaikum Dimyathi berbeda dengan Tasrifan pada umumnya. Perbedaanya hanya pada pola dan sistematika pengajaranya.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana tasrif istilahi kitab Durusu At-Tasrif Al-Tarmasie Juz I karya KH Harist Alaikum Dimyathi Al-Tarmasie?, Bagaiman pembelajaran shorof menggunakan kitab Durusu At-Tasrif Al-Tarmasie Juz I karya KH Harist Alaikum Dimyathi Al-Tarmasie di Pondok Pesantren Tremas, Pacitan, Jawa Timur ?
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan jenis penelitiannya adalah penelitian lapangan (field research).Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.Sedangkan jenis analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis deskriptif dengan model analisis data interaktif menurut Miles dan Huberman. Analisis data tersebut dimulai sejak sebelum dan ketika peneliti berada di lapangan melalui tiga tahapan yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan/verifikasi simpulan.
Hasil penelitian ini adalah pertama, Tasrif Istilahi Kitab Durus at-Tashrif at-Tarmasi karya KH. Harist Alaikum Dimyathi hanya menggunakan delapan bentuk (sighat) dari keseluruhan tiga belas bentuk (sighat) tasrifan istilahi di dalam kitab shorof pada umumnya , Tasrif Istilahi Kitab Durus at-Tashrif at-Tarmasi tidak menyertakan Isim Mashdar Mim, Isim Dlomir, Isim Isyaroh, Fi’il Nahi, Isim Alat. Hal lain yang berbeda di dalam kitab ini, yang diajarkan di Pondok Tremas adalah penempatan fi’il Amar. Jika pada kitab al-Amtsilah at-Tashrifiyyah fi’il amar bertempat pada urutan kesembilan, maka kalau di dalam kitab Durus at-Tashrif at-Tarmasi bertempat pada urutan ketiga. Pada bagian ini, dapat di simpulkan bahwa kitab Durus al-Tashrif at-Tarmasi lebih sistematis dan berpotensi mempercepat santri dalam menyerap materi-materi isytiqaq kalimat bahasa arab.
Kedua, Pembelajaran ilmu shorof di Pondok Tremas, tidak menggunakan silabus sebagai acuan pembelajaran, akan tetapi murni kreatifitas dari pengajar sendiri yang menentukan metode dan sistem pengajaran mata pelajaran ilmu shorof. Adapun untuk mengimplementasi program belajar mengajar terhadap para siswa. Guru pengajar ilmu shorof di Pondok Tremas menggunakan tiga metode pembelajaran yaitu: a) Metode Setoran, b). Metode Menulis, c). Metode Praktik Analisis Lafadz. Evaluasi pembelajaran yang di gunakan di Pondok Tremas masih menggunakan catur wulan, yang mana di kalangan Pondok Pesantren khususnya di Pondok Tremas di sebut Imtihan. Adapun dalam satu tahun Imtihan di Pondok Tremas di laksanakan 3 kali. Dalam mata pelajaran shorof khususnya, Imtihan dibagi menjadi dua bentuk, Imtihan tahriri (ujian tulisn) dan imtihan syafahi (ujian lisan) yang mana bertujuan agar santri bisa membaca kitab kuning dengan baik dan bisa mengaplikasikan ilmu sharaf dengan benar. Para santri diwajibkan berada di dalam kelas, 5 menit sebelum imtihan berlangsung. tiap materi yang diujikan diberi alokasi waktu selama 30 menit.
Actions (login required)
|
View Item |